Edisi Hari Pahlawan

Hari itu, 10 November 1945, di Surabaya. Pejuang kemerdekaan Indonesia tengah berusaha sekuat tenaga mempertahankan kemerdekaan bangsa ini dengan tanpa segan mengorbankan segalanya termasuk nyawa mereka. Mereka bertempur dengan gagah berani melawan pasukan sekutu yang membombardir seantero Surabaya. Dari segi persenjataan jelas pasukan pribumi kalah segalanya. Mereka hanya bermodalkan senjata api rampasan dan bambu runcing. Melawan pasukan sekutu yang bersenjatakan lengkap dengan dukungan pesawat udara yang menjatuhkan ribuan bom disana sini. Tapi dengan semangat mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang dikobarkan Sutomo atau yang lebih terkenal dengan sebutan Bung Tomo, arek-arek Suroboyo ini dengan pantang menyerah mengusir pasukan sekutu dari Surabaya. Pidato pengobar semangatnya membahana di seluruh Surabaya yang membangkitkan semangat para pejuang kemerdekaan.
Sekelumit kisah tentang sejarah Hari Pahlawan yang pernah saya baca di buku bacaan semasa SD. Saya sempat dibuat terkagum-kagum waktu itu dengan kegagahberanian arek-arek Suroboyo melawan tentara sekutu, apalagi dengan sosok Bung Tomo yang dengan pidatonya mampu mengobarkan semangat para pejuang untuk angkat senjata mempertahankan kemerdekaan RI. Ada salah satu bait pidato Bung Tomo yang membuat saya kagum dengan beliau.
Selama banteng-banteng Indonesia masih mempunyai darah merah yang dapat membikin secarik kain putih merah dan putih maka selama itu tidak akan kita akan mau menyerah kepada siapapun juga.
Dari kutipan itu jelas Bung Tomo menginginkan arek-arek Suroboyo tanpa takut untuk mengorbankan segalanya demi berkibarnya Bendera Merah Putih di langit Surabaya. Perjuangan itulah yang wajib kita maknai sekarang.
Pernah gak terpikir di benak kalian, ngapain sih pemerintah mengadakan hari peringatan-hari peringatan entah itu Hari Pahlawan, Hari Kemerdekaan, Hari Kebangkitan Nasional dan hari-hari besar lainnya? Namanya hari peringatan pastilah untuk memperingati apa yang terjadi di Indonesia pada tanggal itu. Hari peringatan itu untuk mengingatkan kita bahwa apa yang kita alami saat ini apa yang kita rasakan saat ini adalah buah dari perjuangan pahlawan-pahlawan negeri ini. Kita gak boleh menutup mata soal itu. Bung Karno punya slogan ‘Jas Merah’ yang kepanjangannya ‘Jangan sekali-sekali melupakan sejarah’ atau yang mungkin sering kita dengar ungkapan ‘Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya’. Berangkat dari situlah hari peringatan itu ditetapkan oleh pemerintah. Lalu apa yang kita lakukan kalau kita sudah ingat? Mari kita berpikir, kenapa pejuang-pejuang kita dahulu begitu gigih meraih kemerdekaan? Kenapa para pejuang kita dulu begitu gagah berani mempertahankan kemerdekaan bangsa ini? Tidak lain karena mereka menginginkan bangsa ini menjadi bangsa yang bermartabat, bangsa yang punya kedaulatan sendiri atau seperti yang pernah diungkapkan Bung Karno
Kami menggoyangkan langit, menggemparkan darat dan menggelorakan lautan agar tidak menjadi bangsa yang hidup hanya dari 2,5 sen per hari, bangsa yang kerja keras, bukan bangsa tempe, bukan bangsa kuli, bangsa yang rela menderita demi pembelian cita-cita
Itulah tujuan para pejuang kita dahulu untuk negeri ini dan itu yang menjadi kewajiban kita, meneruskan perjuangan para pahlawan kita dahulu untuk mencapai tujuan mulia bangsa ini. Meskipun apa yang kita lihat dewasa ini mungkin menyimpang dari tujuan-tujuan mulia itu. Kalau kamu sering mengikuti berita-berita di TV mungkin hanya mengelus dada yang bisa kamu lakukan saat melihat tingkah polah bangsa ini. Ada pejabat negara yang tersangkut kasus korupsi yang merugikan negara, ada yang terlibat penggunaan narkoba yang berpotensi merusak bangsa, ada cerita-cerita miris tentang TKI/TKW di luar negeri yang teraniaya atau bahkan pulang tinggal nama dan para pelajar serta mahasiswa yang notabene adalah manusia-manusia terdidik, semakin akrab dengan tawuran. Itulah kenyataan yang terjadi di negeri ini yang menurut saya amat sangat melenceng sekali dari tujuan perjuangan kemerdekaan dahulu. Mungkin kalau para pejuang kita dahulu masih hidup dan menyaksikan semua realita yang terjadi di negeri ini, mereka akan sangat sakit hati. Tidak malukah kita, semua kenikmatan, kemudahan, keleluasaan yang kita reguk sekarang yang merupakan hasil dari perjuangan para pahlawan yang dengan gagah berani mengorbankan jiwa dan raganya demi kemerdekaan kita lantas kita balas dengan perilaku-perilaku yang tidak sepatutnya? Perilaku-perilaku yang sangat bertentangan dengan tujuan-tujuan pejuang kita dulu? Tidak malukah kita? Tanyakan pada diri kita sendiri atau lebih tepatnya tanyakan pada nurani kita, kalau anda bernurani.
Share on :

Now, it's your turn !

Important : If you are looking for further clarification, advice or support, please address by email.